Peternakan Dalam Kacamata Islam
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu terdapat pelajaran yang penting bagi kamu. Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada di dalam perutnya,dan (juga) pada binatang itu terdapat manfaat yang banyak untuk kamu, dan sebagian dari padanya kamu makan“. (QS. Al Mukminun: 21)
Oleh: Muhammad Yani, S.Pt., M.Si.
Mahasuci Allah dengan segala FirmanNya yang telah menciptakan beraneka macam hewan ternak dan beragam produk ternak yang sangat bermanfaat bagi manusia. Jika kita perhatikan makna yang tersirat dalam kutipan surat Al Mukminuun ayat 21 dapat dilihat betapa pentingnya peran hewan ternak dalam kehidupan manusia. Betapa tidak, produk utama ternak (susu, daging, telur dan madu) merupakan bahan pangan hewani yang memiliki gizi tinggi dan dibutuhkan manusia untuk hidup sehat, cerdas, kreatif dan produktif. Selain itu, ternak merupakan sumber pendapatan, sebagai tabungan hidup (tabungan untuk membiaya sekolah dan untuk naik haji), sebagai tenaga kerja pengolah lahan, alat transportasi, penghasil biogas, pupuk organik dan sebagai hewan kesayangan. Selain itu, ternak juga bermanfaat dalam ritual keagamaan, seperti dalam pelaksanaan ibadah qurban, menunaikan zakat (zakat binatang ternak) dan sebagai dam pada saat melakukan ibadah haji.
Di samping itu, dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah berbincang-bincang dengan para sahabat mengenai dunia peternakan “Semua Nabi pernah menggembala kambing”, kata Beliau.Kemudian, seorang Sahabat bertanya, “Engkau sendiri bagaimana, ya Rasul?”. “Aku pernah menggembala kambing,” jawab Nabi SAW. Dialog singkat tersebut mengisyaratkan bahwa menjadi peternak (penggembala ternak) adalah profesi yang pernah dilakukan para nabi. Bahkan, banyak penulis sirrah nabawiyah menjelaskan bahwa ketika berusia muda, Nabi Muhammad SAW adalah seorang penggembala kambing yang terampil. Beberapa riwayat menjelaskan, Nabi yang mulia itu sering memerah susu ternak domba piaraannya untuk konsumsi keluarga beliau.
Profesi sebagai peternak sapi juga pernah dilakukan Nabi Musa AS selama delapan tahun, sebagai mahar atas pernikahannya dengan anak perempuan Nabi Syuaib AS. Menjadi peternak sapi selama 8 tahun tentu bukanlah waktu yang singkat, namun itu yang dijalani Nabi Musa. Ikhlas menjadi seorang peternak. Bahkan, profesi pengembala ternak telah tercatat dalam sejarah sejak Nabi Adam AS ketika Allah SWT memerintahkan kepada dua anak lelaki Nabi Adam, Habil dan Qabil untuk berkurban, dalam menentukan siapa yang lebih berhak kawin dengan Iklima (anak gadis Nabi Adam yang cantik) dan Labuda (anak gadis Nabi Adam yang kurang cantik).
Sejarah mencatat, Habil mempersembahkan seekor domba yang sehat dan gemuk, sedangkan Qabil hanya mempersembahkan hasil pertanian yang tidak baik. Kurban Habil diterima Oleh Allah SWT. Berkurban dengan seekor domba. Ada pula sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Nasai: “Sesungguhnya Tuhanmu kagum pada seorang pengembala kambing”. Menjadi pengembala kambing mungkin profesi yang biasa di mata kita, bukan pekerjaan yang istimewa. Tapi dimata Allah, si pengembala kambing itu adalah istimewa. “Alkisah, seorang pengembala, di padang lapang, sunyi, tak berpenduduk, tak berpenghuni. Sendirian, ia hanya bersama kambing-kambingnya. Sepintas tidak ada yang istimewa dari si pengembala itu. Tapi pengembala itu telah membuat kagum Tuhannya. Dengan apa? Bila waktu shalat tiba, di padang lapang itu, ia berdiri mengumandangkan adzan sendiri, lalu shalat sendirian. Setelah melakukan shalat, Allah swt. berfirman: “Lihatlah hambaKu ini, ia adzan, lalu mendirikan shalat. Ia takut kepada-Ku. Aku telah mengampuninya dan Aku masukkan ia ke dalam surga”.
Dalam tulisannya Dr. Rusfidra, S. Pt menerangkan tentang hubungan Agama Islam dengan peternakan dia menyebutkan bahwa ilmu peternakan merupakan ilmu terapan yang disebut secara eksplisit di dalam Al Quran. Bahkan beberapa nama hewan ternak dijadikan sebagai nama surat di dalam Al Quran, misalnya sapi betina (Al Baqarah), hewan ternak (Al An’am), dan ternak lebah (An Nahl). Bahkan ternak telah lama akrab dalam kehidupan kaum Muslimin, baik dalam pelaksanaan ibadah (zakat, kurban) maupun manfaatnya yang multi guna dalam kehidupan.
Melihat banyaknya ayat yang menggunakan nama-nama hewan ternak ini patut menjadi bahan renungan. Hewan ternak merupakan sumber pelajaran yang penting di alam karena terdapat banyak hikmah dalam penciptaannya. Lihatlah bagaimana Allah memberikan kemampuan pada ternak ruminansia (sapi, kambing, domba dan kerbau) yang mampu mengubah rumput menjadi daging dan susu. Atau kemampuan yang dimiliki lebah madu dalam mengubah cairan nektar tanaman menjadi madu yang bermanfaat dan berkhasiat obat bagi manusia. Sedemikian besarnya peran usaha peternakan dalam kehidupan, maka sudah semestinya sub-sektor peternakan harus mendapat perhatian serius dari para pemimpin di negeri ini.
Provinsi NTB adalah wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Populasi ternak di NTB cukup banyak demikian pula lahan yang tersedia masih cukup luas untuk mengembangkan sektor peternakan.
Populasi ternak khususnya ternak sapi tahun 2015 sudah mencapai 1,055 juta. Peningkatan populasi sapi diharapkan berdampak pada penyerapan tenaga kerja pada sub sektor peternakan. Tahun 2015 serapan tenaga kerja khususnya pada ternak sapi mencapai 262.085 orang, menurun (-22,4%) dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 337.931 orang. Menurunnya penyerapan tenaga kerja sub sektor peternakan di NTB diakibatkan oleh kepemilikan ternak oleh peternak semakin meningkat yang semula tingkat kepemilikan 2-3 ekor, seiring dengan meningkatnya kapasitas kelembagaan kelompok ternak di tahun 2015 jumlah kepemilikan ternak yang dipelihara ditingkat kelompok menjadi 4-5 ekor per orang, sehingga akan berkorelasi positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Peran lain sub sector peternakan adalah salah satu sector yang mampu menurunkan angkakemiskinan. Jumlah penduduk miskin di NTB saat ini masih relatif tinggi yaitu 17,25% yang membutuhkan koordinasi lintas sektoral dalam upaya menurukannya. Program dan kegiatan yang dialokasikan kepada masyarakat baik melalui usaha pembibitan maupun penggemukan ternak sapi dan kambing. Kegiatan lain yang lebih dominan dalam menurunkan angka kemiskinan adalah pembentukan kampung unggas dan pemberdayan masyarakat dalam mengembangkan kelompok unggas pedesaan. Penurunan angka kemiskinan memiliki korelasi positif dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat terukur melalui perubahan Indeks Nilai Tukar Peternak. Trend peningkatan Indeks Nilai Tukar Petani di NTB adalah 108,70 pada tahun 2014 menjadi 114,85 pada tahun 2015. Perubahan Indeks Nilai Tukar Petani seperti tersebut dimaknai sebagai peningkatan indeks yang diterima masyarakat peternak lebih besar dari indeks yang dikeluarkan dalam membiayai usaha produksi yang dilakukan.
Usaha peternakan, kata Dr. Rusfidra, S. Pt adalah rahasia ekonomi para nabi, mereka bekerja dengan cerdas menggembala kambing karena multiplier effect yang luar biasa. Jadi orang yang memilih usaha peternakan bisa dikatakan sebagai langkah awal untuk mengikuti jejak para nabi yang telah disebutkan di atas.
Maka, sebagai genarasi muda dan insan peternakan, sayang sekali jika banyak dari kita yang masih diam berpangku tangan menunggu hujan, sedangkan hujan tidak akan pernah menurunkan emas dan perak dari langit. Sekaranglah saatnya berusaha, namun jangan lupa, sebelum membuat sebuah usaha, harus tahu ilmunya terlebih dahulu. Karena berusaha tanpa ilmu hanyalah mengundang kegagalan. Oleh karena itu, jika anda berminat dengan dunia peternakan, sekaranglah saatnya belajar bagaimana beternak hewan dan marilah kita majukan sektor peternakan!
Sebelum mengakhiri tulisan ini, pantas kita renungkan sebuah pepatah berbahasa Arab yang berbunyi “Negara yang kaya dengan ternak tidak akan pernah miskin, dan negara yang miskin dengan ternak tidak akan pernah kaya.” (Campbell dan Lasley, 1985)